Mengenal Teknik Penyiapan Pembibitan
Teknik penyiapan pembibitan terdiri dari pembibitan dan teknik pembibitan.
a. Pembibitan
Pembibitan tanaman pada prinsipnya adalah mengelola sumber pembibitan, lokasi pembibitan dan pengelolaan pembibitan.
1) Sumber untuk pembibitan
Sumber daya produksi yang paling menentukan keberhasilan pembibitan  adalah sumberdaya manusia yang terampil, rajin dan cinta tanaman. Unsur  cinta tanaman (hobby) ini penting artinya karena pada hakekatnya tanaman  adalah makluk hidup yang memerlukan perhatian khusus. Sumber daya  produksi lainnya yang diperlukan dalam pembibitan tanaman antara lain  adalah pupuk kandang, polybag, paranet, pestisida dan lain-lain.  Kesulitan memperoleh bahanbahan tersebut akan berdampak terhadap  menurunnya mutu bibit yang dihasilkan, atau mahalnya biaya produksi.
2) Lokasi pembibitan
Syarat lokasi untuk pembibitan adalah dekat sumber air dan airnya  tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim kemarau.  Selanjutnya, pembibitan dekat dengan jalan yang dapat dilewati kendaraan  roda empat, untuk memudahkan kegiatan pengangkutan keluar dan masuk  kebun. Lokasi pembibitan yang terpusat memudahkan dalam perawatan dan  pengawasan. Sedangkan luas lokasi disesuaikan dengan kebutuhan produksi  bibit. Lahan diupayakan datar dan berdrainase baik, teduh dan terlindung  dari ternak.
3) Pengelolaan pembibitan
a) Media tumbuh dalam polybag Syarat media tumbuh yang baik adalah  ringan, murah, mudah didapat, porous (gembur) dan subur (kaya unsur  hara). Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan pertumbuhan  optimum bibit yang ditangkarkan. Komposisi media tanam untuk mengisi  polybag dapat digunakan campuran tanah, pupuk kandang dan sekam padi  dengan perbandingan 1:1:1. Lakukan sterilisasi pada pupuk kandang  sebelum digunakan untuk campuran media. Kegiatan ini bertujuan untuk  membunuh penyakit, cendawan, bakteri, biji gulma, nematoda dan serangga  tanah. Sterilisasi dapat dilakukan dengan uap air panas atau perebusan  dengan menggunakan drum minyak tanah (isi 200 l). Drum diisi  setengahnya, kemudian dipanaskan di atas tungku. Setelah air mendidih  pupuk kandang dalam karung bekas dimasukkan ke dalam drum (direbus  selama 0,5-1 jam).
Ukuran polybag yang banyak digunakan untuk pembibitan tanaman  biasanya berukuran 15X20 cm (diameter x tinggi). Biji ditanam pada media  pembibitan. Biji akan tumbuh dan berkembang, lakukan perawatan pada  batang bawah dengan baik sampai batang bawah dapat disambung atau  diokulasi (sekitar 3-4 bulan setelah tanam biji). Tiga sampai empat  bulan setelah penyemian benih untuk batang bawah dan telah tumbuh bibit  maka bibit dapat dipindahkan ke polybag berukuran 20×30 cm. Tiga sampai  empat bulan berikutnya bibit harus dipindah ke polybag ukuran 30×40 cm.  Hal ini diperlukan karena polybag pertama sudah tidak memadai lagi untuk  perkembangan akar bibit tanaman, sedangkan bibit masih belum siap  ditanam. Jika bibit tetap dipertahankan pada polibag 20 x 30 cm, maka  akan mengakibatkan penyempitan ruang tumbuh akar, sehingga kondisi  kesuburan bibit jadi menurun, bahkan setelah beberapa lama pertumbuhan  bibit seolah-olah berhenti.
b) Cara penggantian polybag. Cara mengganti polybag selama proses  pembibitan adalah sebagai berikut: Sebaiknya polybag disiram dengan air  sebelum dilaksanakan pindah tanam, agar media lebih  kompak/padat. Polybag lama disobek dengan silet atau pisau secara  hati-hati agar media tanam di dalamnya tidak pecah atau berhamburan.  Polybag pengganti diisi media tumbuh yang baru, sampai seperempat bagian  dari volume polybag. Media tanam yang lama yang menyelubungi perakaran  bibit dikurangi sedikit, kemudian perakaran yang sudah mati atau  mengering dipotong dengan gunting stek, kemudian bibit dimasukkan ke  dalam polybag pengganti. Bibit diatur agar letaknya tepat di tengah  polybag, kemudian media tumbuh yang baru dimasukkan ke dalam polybag  baru sampai hampir menyentuh bibir polybag pengganti. Bibit dalam  polybag baru disiram sampai cukup basah agar media tumbuh yang baru  dimasukkan memadat, sehingga kedudukan bibit menjadi kuat.
c) Naungan
Naungan pada bibit muda berfungsi untuk: mengatur sinar matahari yang  masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30-60% saja. Naungan juga  berguna untuk menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal  bibit. Dengan adanya naungan akan menghindarkan bibit dari sengatan  matahari langsung yang dapat membakar daun-daun muda. Efek dari adanya  naungan juga akan menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara  kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat  penyiraman air.
Ada beberapa jenis naungan yang dapat digunakan untuk melindungi  pembibitan. Pertama, jenis naungan dari plastik gelombang berwarna hijau  yang dapat meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk naungan plastik  yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru dipasang). Kedua,  naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45  (55% dan 45% sinar yang diteruskan). Umur pakainya bisa bertahan lama  (3-4 tahun), sehingga sekali pasang dapat dipakai untuk beberapa kali  usaha pembibitan. Jenis naungan ketiga adalah naungan sederhana dari  anyaman bambu, daun kelapa dan sebagainya, yang disusun sedemikian rupa,  sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.
d. Pemeliharaan bibit
Tempat pemeliharaan bibit pada umumnya adalah rak yang terbuat dari  bilah bambu atau besi. Pada rak pemeliharan bibit harus diupayakan  adanya ventilasi atau jalan angin di bawah rak bibit dan berfungsi  untuk: mencegah penularan bibit penyakit dari tanah yang sering  terlontar ke daun bila terkena cipratan air hujan.
Dengan adanya rak bibit, kelebihan air siraman atau hujan dengan  mudah menetes ke bawah, sehingga media tidak menjadi becek dan  kelembaban udara di sekitar bibit tidak terlalu tinggi. Hal ini penting  untuk menghindari pertumbuhan fungi dan bekteri penyebab penyakit.  Penggunaan polybag akan menyebabkan pertumbuhan akar tunggang akan  terhambat atau berhenti apabila terkena udara di lubang dasar polybag  dan kondisi sebaliknya akan mengakibatkan pertumbuhan akar lateralnya  bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit. Dalam  pemeliharaan bibit biasanya dilengkapi dengan alas mulsa plastik.
Pemakaian alas berupa mulsa plastik berfungsi untuk: mengurangi dan  mencegah pertumbuhan gulma disekitar bibit tanaman. Selain itu, alas  mulsa akan mencegah siraman air ke media polybag terus lari ke bawah  atau lapisan tanah dibawah polybag, karena tertahan oleh lapisan mulsa  plastik. Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti karena  tidak mampu menempus lapisan mulsa plastik dan sebaliknya pertumbuhan  akar lateralnya bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.
 Naungan berupa rumah plastik untuk tempat pemeliharaan bibit tanaman dan usaha pembibitan
b. Teknik pembibitan
Perbanyakan dengan biji. Perbanyakan tanaman dengan biji (generatif)  terutama dilakukan untuk penyediaan batang bawah yang nantinya akan  diokulasi atau disambung dengan batang atas dari jenis unggul.  Perbanyakan dengan biji juga masih dilakukan terutama pada  tanaman tertentu yang bila diperbanyak dengan cara vegetatif menjadi  tidak efisien (tanaman buah tak berkayu).
1) Pemilihan biji untuk bahan perbanyakan
Mengambil biji idealnya dari buah yang besar dan sehat serta sudah  matang penuh di pohon induk yang terpilih dan memenuhi persyaratan untuk  dijadikan batang bawah. Tetapi apabila terdesak dengan kebutuhan biji  yang banyak, maka kita dapat mengumpulkan biji buah dari pasar, tempat  sampah, atau sisa kegiatan makan buah yang dimakan sendiri, atau membeli  biji dari pengumpul biji. Kesulitan dari pengumpulan ini adalah sulit  untuk mendapatkan biji yang seragam varietasnya.
Biji dari daging buah dicuci sampai bersih. Biji dipilih yang  berukuran besar, padat (bernas) dengan warna mengkilap atau biji yang  sempurna (biji yang bentuknya seragam, tidak terlalu kecil, tidak  kempes, tidak rusak oleh hama dan tidak luka). Biji kemudian dimasukan  ke dalam air. Hanya biji yang tenggelam yang ditanam untuk bibit,  sedangkan yang hampa dibuang. Biji buah yang mempunyai kulit pembung-kus  keras seperti pada biji mangga, maka kulit pembungkusnya harus disayat  dan dibuang untuk memudahkan pertumbuhan akar. Setelah dibersihkan biji  diberi perlakuan fungisida. Caranya biji-biji yang sudah bersih tadi  dicelup dalam larutan Insektisida dan fungisida dan direndam ZPT (Atonik  0,1 %) selama 30-60 menit. Fungsi bahan-bahan tersebut di atas adalah  untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah serangan hama serta penyakit  saat biji disemaikan.
2) Menyemaikan biji dalam wadah persemaian
Untuk mempermudah perawatan, biji disemaikan dalam wadah yang terbuat  dari kotak kayu atau plastik dan polybag. Biji yang disemaikan di dalam  wadah adalah biji buah berukuran kecil seperti jambu air, sirsak,  pepaya, belimbing, sawo dan lain-lain. Media untuk persemaian harus  mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, misalnya campuran pasir, pupuk  kandang dan sekam yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1:1:1.  Dengan media yang gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkan  pemindahan bibit ke polybag pembesaran. Biji yang akan disemaikan  ditabur merata di atas media, lalu ditutup lagi dengan media setebal 1-2  cm dan disiram dengan gembor sampai basah.
Persemaian perlu dinaungi agar tidak terkena sinar matahari langsung  dan derasnya air hujan. Penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari  yaitu pada waktu pagi atau sore hari, agar tidak kekeringan. Kemudian  wadahnya ditaruh di tempat yang terlindung dari gangguan unggas dan  se-rangga. Biji tanaman yang besar seperti mangga, durian, alpukat,  nangka, dan lain-lain, sebaiknya disemaikan dalam bedengan di lapang.  Bedengan disiapkan dengan menggemburkan tanah menggunakan cangkul  sedalam 25-30 cm, kemudian tanah dihaluskan. Untuk menambah kesuburan  dan kegemburan tanah, setiap luasan dua meter persegi bedengan dapat  ditambahkan masing-masing satu kaleng (isi 18 l) pupuk kandang dan sekam  padi yang diaduk sampai rata. Untuk menghindarkan jamur dan hama yang  dapat merusak biji, media tempat penanaman tadi disemprot terlebih  dahulu dengan fungisida dan insektisida.
3) Menyemaikan biji dalam bedeng persemaian
Bedengan dibuat selebar 80-100 cm dengan panjang tergantung kebutuhan  dan arah bedengan diusahakan mengarah ke utara-selatan agar mendapat  sinar matahari yang cukup. Setelah bedengan persemaian siap, maka  selanjutnya adalah menyemaikan biji dalam bedengan dengan arah memotong  bedengan (lebar bedengan) dibuat larikan sedalam 7,5 cm dengan jarak  larikan 7,5- 10 cm. Setelah itu biji yang berukuran besar tadi  ditanamkan dalam larikan dengan jarak 5-7,5 cm ataupun tanpa jarak  (berdempetan), kemudian ditutup kembali dengan media disekitar larikan.
Biji yang disemai jangan diletakkan terbalik. Untuk biji mangga  bagian perutnya (bagian yang melengkung) menghadap ke bawah, sedangkan  untuk durian, alpukat, kemang dan nangka bagian sisi dimana embrio  (bakal tunas dan akar) berada di bagian bawah. Bila letaknya terbalik,  maka pertumbuhan akar dan batang akan bengkok dan akan menggangu  pertumbuhan bibit selanjutnya.
Untuk menghindari derasnya air hujan dan teriknya sinar matahari,  bedengan diberi naungan dengan paranet tipe 55%, 65% atau dapat juga  dibuat naungan individu untuk tiap bedengan dengan menggunakan atap dari  jerami, anyaman bambu, atau daun kelapa. Jika yang digunakan atap bukan  dari paranet, maka tinggi tiang di sebelah timur sekitar 120 cm,  sedangkan tinggi tiang di sebelah barat adalah 100 cm di atas permukaan  tanah. Dengan demikian bentuk naungan condong ke arah sebelah barat  dengan maksud agar bibit di persemaian cukup menerima sinar matahari  pagi. Biji yang disemaikan biasanya mulai berkecambah (tunas muncul di  atas permukaan tanah) antara 1-3 minggu setelah penyemaian, tergantung  jenis tanamannya. Setelah biji berkecambah dapat langsung dipindah ke  polybag ukuran 15×20 cm atau 20×25 cm. Setelah berumur 3-4 bulan, biji  sudah dapat disambung pucuk ataupun diokulasi.
 
